Bima, tamansiswabima.ac.id - Di bawah langit senja Talabiu, di antara suara bola yang memantul dan tawa anak-anak yang mengiringi, seorang gadis kecil berdiri memandangi net voli yang tampak menjulang. Ia belum tahu apa itu mimpi. Tapi setiap pukulan bola adalah detak semangatnya. Dua belas tahun berselang, gadis itu kini dikenal sebagai Nur Komalasari, wisudawan terbaik Program Studi PGSD STKIP Taman Siswa Bima sekaligus atlet voli yang mengharumkan nama daerah hingga tingkat nasional.
Nur bukan sekadar mahasiswi. Ia adalah representasi kegigihan. Ia belajar di bangku kuliah, berlatih keras di lapangan, dan berdamai dengan batas waktu. Di kelas, ia dikenal tenang dan fokus. Namun di lapangan, semangatnya menyala tanpa kompromi. Dialah inspirasi yang lahir dari tanah sederhana, tapi menjulang karena mimpi yang dijaga dengan disiplin.
Lahir dan besar di Desa Talabiu, Kabupaten Bima, Nur mulai mencintai voli sejak kelas 3 SD. Bakatnya terus diasah melalui ajang-ajang sekolah seperti O2SN. Dari Bima, ia melaju ke tingkat provinsi, bahkan mewakili NTB ke ajang nasional. "Lewat voli, saya bukan hanya bertanding. Saya belajar nilai perjuangan, membantu keluarga, dan membangun kepercayaan diri," ungkapnya mengenang masa awal perjuangannya.
Keputusan untuk kuliah datang seiring dengan semangat untuk terus bertumbuh. Ia memilih STKIP Taman Siswa Bima kampus yang dikenal sebagai rumah bagi mahasiswa berprestasi. "Tamsis itu tempat yang tidak hanya menghargai prestasi, tapi memberi ruang untuk berkembang. Saya merasa dihargai dan didukung penuh di sini," tuturnya.
Masuk dalam tim voli kampus menjadi kelanjutan langkah Nur. Dengan semangat yang sama seperti di lapangan kampung halamannya, ia menunjukkan performa konsisten dan membawa nama kampus ke podium kejuaraan.
Perjalanan sebagai mahasiswa sekaligus atlet tentu bukan tanpa tantangan. Pagi ia habiskan untuk kuliah, sore mengerjakan tugas, dan malam kembali ke lapangan. Pernah suatu waktu, ia tertinggal materi kuliah karena harus mengikuti turnamen. Tapi baginya, kesabaran dan manajemen waktu adalah kunci.
"Capek itu pasti. Tapi saya yakin, tidak ada usaha yang sia-sia. Bahkan para dosen ikut bangga saat tahu saya bisa membawa nama kampus di luar sana," katanya.
Salah satu pencapaian yang paling membekas adalah ketika tim voli STKIP Taman Siswa Bima berhasil meraih juara dalam turnamen antar kampus di Universitas Muhammadiyah Bima. "Itu momen terakhir saya bertanding antarkampus. Tapi juga momen paling manis yang menutup perjalanan saya di Tamsis," ungkapnya penuh syukur.
Nur telah mengenakan toga. Di balik senyum dan kebanggaannya, tersimpan tekad yang tetap menyala. "Saya belum tahu apakah nanti akan lanjut kuliah, bekerja, atau tetap di dunia olahraga. Tapi saya yakin, ini bukan akhir. Ini awal dari petualangan baru saya," katanya.
Ia berharap tetap bisa berkiprah di bidang olahraga, dunia yang membentuk karakternya sejak kecil. Dunia yang mengajarkan arti kerja keras, sportivitas, dan percaya diri.
Dalam setiap langkah Nur, terselip pesan sederhana tapi kuat bagi siapa pun yang punya mimpi besar namun berasal dari tempat kecil. "Tekuni hobimu. Jangan takut gagal. Terus asah prestasimu. Karena tidak ada usaha yang mengkhianati hasil," ujarnya tegas.
Maka ketika nama Nur Komalasari disebut di podium wisuda, itu bukan hanya nama seorang sarjana baru. Itu adalah nama yang pernah melambung di atas lapangan tanah, berkeringat di tengah latihan, dan kini bersinar di panggung akademik. Ia adalah bukti bahwa mimpi bisa dijangkau, selama ada keyakinan, kerja keras, dan lapangan hati yang luas untuk terus belajar. (Tim)